Teknologi pipa apung sebagai media alir material di industri pengerukan dan perminyakan

26 Sept 2011 arrie



Pipa karet apung menjadi salah satu hasil riset yang telah dimatangkan BPPT untuk segera digunakan di industri pengerukan dan perminyakan, sebagai media alir material dari kapal tanker/keruk ke daratan maupun sebaliknya.

lndonesia sebagai salah satu negara penghasil karet, sedang mengembangkan teknologi karet komposit yang diperlukan untuk industri tersebut dan industri lainnya. Selain itu prasarana untuk uji spesifikasi teknis juga turut dikembangkan, seperti hydrostatic test, bending test, stiffness test, serta burst test.


Mahendra, Chief Engineer Pipa Apung BPPT menjelaskan usaha rekayasa ulang pipa apung yang menyeluruh disiapkan untuk industri produk teknik berbahan dasar karet alami yang diproses menjadi karet komposit.

Sejak Oktober 2006, prototipe pipa apung digunakan untuk uji hodrostatik, yaitu uji kekuatan terhadap tekukan (bending test) dan uji kekakuan (stifness test) di Balai Besar Teknologi Kekuatan Struktur (B2TKS) BPPT.

Untuk mengimplementasikan konsep pipa apung, instansi ini menggandeng PT Ikaba, anak usaha PT Agronesia. Namun, beberapa masalah terkait dengan efisiensi masih terjadi, di antaranya proses produksi yang memakan waktu cukup lama.

“Satu unit pipa apung yang diproduksi sesuai dengan spesifikasi ideal di PT Ikaba memakan waktu 10 hari. Ini terlalu lama. Ini membutuhkan terobosan agar produksi bisa lebih cepat,” jelasnya.

Pipa apung yang diproduksi tersebut berdiameter dalam sekitar 6–26 inci dengan panjang 6–12 meter per unit. Pipa ini mampu menahan tekanan kerja hingga 20 bar atau mengikuti desain yang dipesan.

Selain karet, produk pipa apung tersebut membutuhkan material pendukung di antaranya kawat baja, kawat sling (kawat berukuran kecil), media pengapung (sponge), dan flanges ansi 150/300. “Pipa apung buatan Indonesia memiliki kandungan lokal sekitar 90%-95%. Hanya karet sintetisnya yang masih diimpor,” jelasnya.

Saat ini, uji coba hasil riset BPPT tersebut mulai diterapkan di sejumlah perusahaan minyak dan pertambangan nasional di antaranya PT Timah dan PT Pertamina.

“Sejauh ini, beberapa pipa apung yang diuji coba tidak mengalami masalah teknis seperti kebocoran,” katanya.

Pengembangan teknologi di bidang karet ini merupakan salah satu kegiatan BPPT. Jika Indonesia sukses memproduksi pipa apung, diharapkan bisa membuka peluang bagi industri nasional untuk menjual produk lokal dengan nilai tambah yang tinggi.


Lihat sumber


Leave a Reply

Powered by Blogger.
Powered by Blogger. Designed by elogi. Converted by Smashing Blogger for LiteThemes.com. Proudly powered by Blogger.